Fenomena burnout atau kelelahan ekstrem di tempat kerja seringkali disamakan dengan jam lembur yang berlebihan. Namun, pengamatan terbaru dari para praktisi dan pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa penyebab burnout kerja jauh lebih kompleks dan tidak selalu berkaitan dengan durasi waktu yang dihabiskan di kantor. Ada faktor-faktor krusial lain yang kerap diabaikan dan justru menjadi pemicu utama.
Keluhan burnout kerja kerap muncul dalam sesi bimbingan profesional. Berdasarkan pengamatan seorang praktisi coaching, akar masalahnya jarang bermula dari sekadar tuntutan jam kerja yang panjang. Sebaliknya, kelelahan mental dan fisik yang parah ini justru berasal dari interaksi dan kondisi internal di tempat kerja. Beberapa faktor dominan yang teridentifikasi meliputi:
Pergeseran paradigma dalam memahami penyebab burnout kerja ini sangat penting. Sebuah studi kasus mengindikasikan bahwa bekerja lembur sekalipun masih dapat diterima jika diiringi dengan apresiasi yang layak dan lingkungan yang mendukung. Sebaliknya, bekerja dengan jam normal namun berada dalam lingkungan yang toksik, rentan memicu burnout kerja yang lebih parah.
Hal ini menunjukkan bahwa motivasi utama karyawan untuk bertahan atau justru memutuskan untuk mengundurkan diri bukanlah semata-mata karena lelah bekerja. Namun, lebih sering karena merasa tidak dihargai, mengalami tekanan emosional, atau berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk berkembang.
Secara keseluruhan, penyebab burnout kerja melampaui perhitungan jam kerja. Ini adalah cerminan dari bagaimana karyawan diperlakukan, seberapa besar mereka dihargai, dan kualitas lingkungan tempat mereka berkarya. Pemahaman yang komprehensif terhadap faktor-faktor ini krusial untuk menciptakan budaya kerja yang lebih sehat dan berkelanjutan.